Algoritma TikTok bermasalah ?

Dengan semakin eksisnya TikTok dikalangan masyarakat sebagai sebuah aplikasi atau pun media yang berisikan konten visual yang beragam, menimbulkan beberapa pertanyaan. Salah satunya adalah Algoritma TikTok yang bermasalah. TikTok menjadi salah satu media yang sedang marak dan hampir ingin mengalahi Youtube. Kebanyakn isi konten dalam TikTok cenderung singkat dan menarik untuk di tonton. namun sebenarnya adakah yang salah dengan Algoritma yang ada dalam TikTok.

Dikutip dalam beberapa artikel berita dari website Sirclo.com, mengatakan bahwa Algoritma TikTok lebih cenderung untuk mendorong konten yang dicari atau dieksplor penggunanaya. misalnya jika pengguna sering mencari hastag atau konten dengan audio tertentu, mereka akan lebih cenderung mendapatkan konten dengan hastag dan audio tersebut.

Namun didalam satu artikel berita yang ditulis oleh Taufik Affandi, Faqih Nidhom dan Faisal Reza mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah pada Algiritma TikTok.


Pertanyaan pertama, apakah terma pencarian akan mengubah video yang disajikan di beranda? Eksperimen kami menunjukkan jawabannya adalah tidak. Tidak ada korelasi antara video apa yang sering kami cari dan video yang muncul di beranda.

Pertanyaan kedua, apakah jenis dan tema akun yang di-subscribe mempengaruhi video yang ditawarkan di beranda? Kami menggunakan akun kami untuk men-subscribe akun-akun yang bertemakan tausiyah, ceramah, maupun kata-kata hikmah. Namun apa yang terjadi, saat mengklik aplikasi TikTok, beranda kami dipenuhi dengan video-video yang sangat tidak relevan dengan akun langganan kami.

Jika ketidakrelevanan itu mengantar kita pada video tentang teori mekanika kuantum atau sejarah lahirnya angka 0, ataupun tips kesehatan, tentu kerandoman itu menjadi tidak terlalu bermasalah. Namun jika video yang disajikan adalah video yang tidak sesuai dengan norma susila, tentu keacakan ini menjadi bermasalah.

Berikut adalah hasil analis mereka tentang ada yang salah dengan Algoritma TikTok. Membandingkan dengan pengalaman saya menggunakan TikTok selama 2 minggu penggunaan, merasakan hal yang sama, beberapa konten yang saya lihat dan yang saya ikuti jutru jarang keluar di beranda, malah konten lain yang tidak ingin saya lihat. namun karena sistem TikTok ini lebih ke Scroll dan Scroll, saya terpaksa melihat konten yang tidak ingin saya lihat. ini mungkin yang mereka maksud "perut kami penuh". Ditambah dengan beberapa kemungkinan bahwa audio pun sering menjadi masalah dalam Algoritma ini, sering kali saya menemukan salah satu konten dengan caption "jangan dibuka soundnya", padahal isi dari konten tersebut sebuah motivasi, namun ketika saya buka audio tersebut karena penasaran, akhirnya muncur beberapa konten lain yang tidak layak ditonton.

Penggunaan TikTok memang tidak bisa dibatasi hanya dengan Algoritma, namun juga dengan keimanan dan ketaatan juga. jika orang yang sudah kecanduan, maka akan sulit untuk melepaskannya. setiap scroll memiliki zat dopamin untuk menciptakan sebuah kecanduan. 

Ada beberapa saran dari hasil diskusi saya dengan beberapa teman, bahwa kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan TikTok, namun pengguna yang ada didalam TikTok itu, dan membuat konten yang tidak layak yang harus disalahkan. Dan saran penting juga agar seorang muslim tidak terlalu banyak menggunakan TikTok sebagai media hiburan mereka.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer